Selasa, 26 Maret 2013

Membaca Puisi Dalam Hujan

Buku Kumpulan Puisi Karya Ria AS "Ada Hujan Turun Pelan-Pelan"
(Mozaik Books, Februari 2013)

Kholid Amrullah :
Membaca puisi karya Ria AS ini seperti mengembara. Selalu ada hal baru dan indah yang dijumpai di setiap jengkal katanya. Apalagi bait terakhirnya banyak yang tak terduga. Sosok Ria AS terlihat lebih perkasa dalam puisipuisi ini. Jiwa feminimnya lebur dalam kata-kata yang kuat dan berkarakter tanpa meninggalkan pesan kelembutan sebagai seorang perempuan.

Royyan Julian :
Membaca sajak-sajak Ria AS seperti membaca sebuah buku harian dengan kata-kata yang tertata. “Ada Hujan Turun Pelan-Pelan” berceloteh tentang hal-hal yang remeh hingga yang hakiki, berbicara tentang hujan hingga tuhan. Di dalamnya ada cinta platonik berbaur dengan libido. Ada yang imanen sekaligus yang transenden. Itulah mengapa kumpulan puisi ini, menurut saya sangat sufistik; tidak terjebak pada relijiusitas yang dangkal; tetapi tidak pula terperangkap pada asketisme yang primitif.

Husen Arifin :
Membaca puisi-puisi Ria AS, saya telah diajaknya untuk menikmati lebih dekat ihwal hidup sederhana, dengan halhal yang lazimnya perempuan inginkan. Dan yang lebih menarik perhatian saya pada puisi bertema hujan. Entahlah. Ria AS sangat piawai pada suasana yang melankolis dan menjadikannya sempurna dalam kumpulan puisi ini.

Ragil Sukriwul :
Sebagai penyair, salah satu kerja utamanya adalah menyelam ke kedalaman pengalaman personal, interpersonal dan kolektif untuk kemudian kembali ke permukaan dengan kerang-lokan-kembang karang-kata-kata; ikan-ikan bahasa yang sekiranya dapat menuntun pembaca pada palung-palung hidup yang gelap tak terpermanai, yang kemudian coba untuk dikenali dan dimaknai kembali satu-satu—tentu, juga oleh penyairnya sendiri. Ria, lewat puisi puisinya yang membentang dalam buku di genggaman anda ini, dalam hemat saya, telah berada dalam jalur ekspedisi ini. Semoga buku ini menjadi dermaga keberangkatan bagi penyelaman-penyelaman selanjutnya yang lebih berani ke lekat pusar samudera kehidupan. Ahoei… selamat berlayar!

Stebby Julionatan :
Di luar enjambemen, rima dan tipografi, puisi-puisi Ria AS dalam Ada Hujan Turun Pelan-Pelan mengalir dengan diksi sederhana yang syarat dengan analogi kuat dan menggugah di akhir. Seperti pada “Antara Dahi dan Makan Gulali” yang saya suka; ia seperti hujan, meski nyaris turun perlahan, namun (di akhir) alirannya mampu menghanyutkan siapa saja, termasuk saya, pembacanya.

1 komentar: